
Share on :
Peluncuran Buku "Teladan Bijak Kelola Susut dan Sisa Pangan" untuk Pengelolaan Pangan Berkelanjutan
Jakarta, 22 Oktober 2024 – Kementerian PPN/Bappenas RI bersama Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia (JP2GI) dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) meluncurkan buku "Teladan Bijak Kelola Susut dan Sisa Pangan" di Jakarta, Selasa (22/10). Acara ini, yang didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Badan Pangan Nasional, bertujuan untuk memperkenalkan praktik-praktik terbaik dalam pengurangan susut dan sisa pangan. Peluncuran ini menandai langkah konkret dalam mendukung ketahanan pangan nasional yang lebih berkelanjutan.
Buku ini mengulas secara komprehensif berbagai praktik baik yang telah diterapkan oleh komunitas peduli pangan, pelaku UMKM, rumah tangga, sektor hotel, restoran, dan katering (horeka), hingga pemerintah daerah. Lebih dari 30 kisah inspiratif di dalamnya menggambarkan bagaimana sisa pangan yang sebelumnya dianggap sebagai limbah dapat diolah menjadi produk bernilai guna. Contoh-contoh nyata ini meliputi upaya redistribusi pangan kepada masyarakat yang membutuhkan, pemanfaatan limbah makanan untuk produk bernilai ekonomi, serta inovasi UMKM dalam meminimalkan susut pangan. Misalnya, Yayasan Rumoh Pangan Aceh berhasil meredistribusikan makanan sisa ke masyarakat kurang mampu, sementara CV. Shaany Inovasi Berkah menciptakan produk kolagen bernilai tinggi dari limbah ikan.
Inisiatif pengelolaan pangan yang diangkat dalam buku ini mencakup berbagai sektor, dari produksi hingga konsumsi. Pemerintah daerah juga menunjukkan peran penting mereka melalui pengembangan program-program lokal yang mendukung pengelolaan sisa pangan secara efisien. Dari sektor horeka, buku ini menyoroti kisah sukses pengurangan pemborosan makanan melalui manajemen yang lebih baik di restoran dan hotel, serta upaya rumah tangga dalam memanfaatkan sisa makanan.
Dr. Soenan Hadi Poernomo, Ketua JP2GI, menegaskan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam menghadapi tantangan ini. “Buku ini adalah hasil dari kerja sama banyak pihak, dan kami berharap bisa mendorong aksi nyata untuk lebih bijak dalam mengelola susut dan sisa pangan di berbagai lapisan masyarakat,” ungkapnya.
Syamdidi, salah satu penulis buku, juga menambahkan bahwa proses penulisan dan pengumpulan cerita dari berbagai daerah memperkaya wawasan tentang inovasi-inovasi lokal yang telah berhasil diterapkan. "Kami sangat terinspirasi oleh berbagai praktik baik yang dilakukan. Buku ini tidak hanya mencatat, tetapi juga merayakan kerja keras para pelaku yang terus mencari solusi atas pemborosan pangan. Setiap langkah kecil yang diambil mampu memberikan dampak besar," ungkapnya.
Buku "Teladan Bijak Kelola Susut dan Sisa Pangan" merupakan tindak lanjut dari Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan yang diluncurkan oleh Bappenas pada Juli lalu. Sebagai bagian dari strategi nasional, buku ini bertujuan untuk mendukung target pengurangan pemborosan pangan hingga 50% pada tahun 2030, sesuai dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).
Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Jarot Indarto dalam sambutannya menyebutkan upaya pengurangan susut dan sisa pangan dapat membentuk pola konsumsi serta produksi pangan yang berkelanjutan.
"Pengurangan susut dan sisa pangan menjadi tujuan global di dalam kerangka tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs, terutama diarahkan untuk membentuk pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan," kata Jarot. Buku ini, menurutnya, adalah panduan penting untuk mendorong sinergi antara pemerintah, komunitas, dan sektor swasta dalam membangun sistem pangan yang lebih tangguh dan efisien.
Dengan diluncurkannya buku "Teladan Bijak Kelola Susut dan Sisa Pangan", diharapkan semua pihak, dari individu hingga lembaga, dapat belajar dari praktik-praktik baik yang telah diterapkan di berbagai daerah. Buku ini tidak hanya menjadi panduan teknis, tetapi juga inspirasi untuk menciptakan perubahan nyata dalam pengelolaan pangan yang berkelanjutan di Indonesia.