
Share on :
Dari Sampah Jadi Berkah: Revolusi Maggot BSF di PT Maggot Center Pasuruan
Pasuruan, Jawa Timur (20/1)- Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan limbah organik dan susut pangan, PT Maggot Center Pasuruan muncul sebagai pelopor solusi berbasis maggot BSF (Black Soldier Fly). Berlokasi di Dusun Puntir, Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari, perusahaan ini telah berhasil mengubah ribuan ton limbah organik menjadi produk bernilai tinggi melalui metode biokonversi maggot BSF. Baru-baru ini, PT Maggot Center Pasuruan juga menerima kunjungan dari tim Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia (JP2GI) dalam rangka menggali informasi terkait penyelamatan susut dan sisa pangan. Kisah Inspiratif di Balik Berdirinya PT Maggot Center Pasuruan Moh. Kholis Akbar, Direktur PT Maggot Center Pasuruan, memulai usahanya secara sederhana. Saat pandemi COVID-19 melanda, ia mencoba berternak burung puyuh di rumah. Namun, bau menyengat dari kotoran puyuh menjadi tantangan utama. "Saya menemukan solusi menggunakan maggot BSF untuk mengurangi bau tersebut. Ternyata, maggot ini juga memiliki kandungan protein tinggi, menjadikannya pakan yang ideal untuk burung puyuh," ungkap Kholis. Ketertarikan pada maggot BSF mendorong Kholis untuk memperdalam pengetahuan melalui internet, pelatihan, dan eksperimen langsung. Tak hanya berhasil mengatasi bau, ia juga menemukan potensi maggot sebagai pakan ikan lele. Dari sini, lahirlah komunitas "Republik Maggot," yang kemudian berkembang menjadi PT Maggot Center Pasuruan. "Kami ingin menciptakan solusi berbasis maggot yang tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat," tambahnya. Biokonversi Maggot BSF Metode biokonversi yang diterapkan PT Maggot Center Pasuruan memanfaatkan limbah organik sebagai pakan maggot. Limbah tersebut dikumpulkan dari pasar, rumah tangga, dan pondok pesantren di sekitar Pasuruan. Dengan lebih dari 30 titik pengolahan, PT Maggot Center berhasil mengolah puluhan ribu ton limbah organik menjadi produk seperti maggot segar, maggot kering, dan kasgot (kompos). Produk turunan ini telah terintegrasi ke sektor perikanan, peternakan, dan pertanian. Salah satu inovasi terbaru adalah pakan ikan lele berbasis maggot, yang telah mendapatkan dukungan dari Dinas Perikanan Pasuruan. Kujungan lapangan JP2GI Dalam kunjungannya, tim JP2GI menggali informasi tentang bagaimana PT Maggot Center Pasuruan mengelola limbah organik untuk menyelamatkan susut dan sisa pangan. JP2GI, sebuah jejaring yang fokus pada optimalisasi pasca panen dan peningkatan gizi, tertarik pada potensi kolaborasi untuk memperluas penerapan metode ini. "Susut dan sisa pangan menjadi tantangan besar di Indonesia. PT Maggot Center Pasuruan memberikan contoh bagaimana inovasi sederhana dapat menciptakan dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat," kata Soen’an, Ketua JP2GI dalam wawancara. Selain melihat proses biokonversi, JP2GI juga menyaksikan pasar integrasi yang dikembangkan PT Maggot Center. Pasar ini menghubungkan produsen maggot dengan konsumen seperti peternak dan petani, memastikan ketersediaan maggot berkualitas secara berkelanjutan. Pusat Pendidikan dan Penelitian Maggot di Indonesia Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, PT Maggot Center Pasuruan juga menjadi pusat pendidikan dan pelatihan biokonversi maggot. Berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga pegiat lingkungan, telah mengunjungi pusat ini untuk belajar tentang potensi maggot dalam pengelolaan limbah organik. "Saya bangga bisa berbagi ilmu dengan banyak pihak. Harapannya, semakin banyak orang yang terinspirasi untuk berinovasi dengan maggot," tutup Kholis.