Peluang Usaha Sektor Perikanan di Tengah Pandemi Covid19


Pandemi Covid19 telah menyebabkan turunnya permintaan di sektor perikanan. Sekitar 40,12 persen ekspor ikan mengalami penurunan di bulan April 2020 dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Namun, sektor pengolahan ikan skala kecil dan menengah (UMKM) mengalami peningkatan produksi. Adanya peningkatan permintaan atas makanan bergizi dan semangat juang pantang mati serta inovasi-inovasi kreatif pelaku UMKM sektor perikanan mendorong peningkatan produksi dan pemasaran pengolahan ikan. 

“Alhamdulillah, kami dapat pesanan 1,250 paket makanan bergizi ikan dan daun keloruntuk program Coviddari PJB Paiton. Kami juga membuat produk baru, minuman daun kelor yang kami kirim ke Taiwan. Saat ini kami sedang menyiapkan pesanan dari 2 perusahaan lain,” ujar Saiful Hadi, produsen Nutrimie dari Probolingo, Jawa Timur.

Peningkatan produksi tidak hanya terjadi pada usaha Saiful. Beberapa anggota JP2GI lainnya juga melaporkan peningkatan penghasilan. “Penjualan kami di ritel malah meningkat selama Corona. Mungkin masyarakat mencari produk makanan siap saji yang bergizi. Produk kami juga dibeli oleh KKP untuk program bantuan Covid 19,” ujar Imelda dari Sukabumi, Jawa Barat. Lebih lanjut Imelda mengatakan bahwa produk baru yang mereka kembangkan untuk lomba IPLAN Challenge yaitu minuman serealikan patin (I-FIT sereal) telah berhasil terjual lebih dari 20.000 satchet dengan omzet lebih dari 100 juta selama masa pandemi Covid19 ini.

 

Pandemi Covid19 memang berdampak pada usaha UMKM, namun sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian negara ini tidak patah semangat. Berbagai inovasi dan upaya pemasaran terus dilakukan oleh anggota-anggota JP2GI dari UMKM sektor pengolahan ikan. Erwan, salah seorang penerima Small Grant JP2GI mengatakan ada dua faktor penghambat produksi utama, kesulitan mendapatkan bahan baku dan kesulitan mengirimkan produk ke reseller, terutama di luar pulau. “Namun, kita terus berinovasi. Kami menggunakan dana hibah JP2GI untuk menambah vairan perkedel ikan, cumi, dan ebi spesial. Kami juga berinovasi di kemasan agar lebih bernilai jual,” ujar Erwan, UMKM Perkedel Kentang Ikan dari Kediri. Selain Erwan, Deny Wijayanti, produsen olahan ikan gabus Payu-Payu dari Surabaya menggunakan kondisi pembatasan sosial yang cukup menghambat produksinya untuk mengembangkan resep dan produk baru. “Sebelumnya kami membuat cookies ikan gabus. Alhamdulillah, dana small grant dari JP2GI kami gunakan untuk membuat produk baru, abon ikan gabus.” Ujar Deny.

Upaya-upaya untuk mengingkatkan kapasitas diri dan kelompok juga terus dilakuan oleh UMKM pengolah makanan berbasis ikan. “Kami menggencarkan promosi online, menambah reseller, memberikan gratis ongkos kirim, dan bahkan kami mengundang pakar pemasaran untuk diskusi online,” ujar Ibu Kikis Rochana Handayani, produsen mi ikan bandeng Hokky Top dari Gresik. Kegiatan pengembangan kapasitas dan diskusi terkait upaya-upaya menyiasati Covid19 bagi pelaku UMKM di Jawa Timur difasilitasi oleh Dinas UMKM dan Koperasi Provinsi.

Selain kegiatan-kegiatan bisnis, anggota JP2GI dari UMKM juga melakukan berbagai kegiatan sosial. “Sebagai UMKM, kami tidak hanya mencari keuntungan. Kami adalah socioprenur, wirausaha yang memberikan kontribusi perbaikan kondisi sosial di masyarakat,” ujar Koen Irianto, anggota JP2GI dari Surabaya.

Salah seorang finalis IPLAN Challenge membuat handsanitazer dari chitosan kulit udang. “Kami memiliki program BIKI peduli dan membagikan 1.000 hand sanitizer gratis kepada berbagai yayasan, anak-anak yatim piatu, ojek online dan masyarakat yang membutuhkan”, ujar Hafid, CEO PT BIKI dari Bogor. Erwan, produsen Perkedel Ikan dari Kediri bekerjasama dengan Nurul Hayat memberikan donasi produk ikan asap kepada warga yang terdampak virus Covid19 sebanyak 120 bungkus per bulan di Kediri.

Parijan dari Kebumen memberikan bantuan paket makanan ikan bergizi. “Kami ikut membantu masyarakat terdampak melalui program Geramikankin. Dana hibah dari JP2GI, sebagian kami alokasikan untuk bantuan kepada 60 KK miskin di Desa Condongcampur dan Sidoagung, Kecamatan Sruweng, Kebumen. Satu paket isinya bandeng presto, nugget, kripik, kerupuk, dan bakso ikan. Tahap kedua kami akan berikan kepada yatim piatu sebanyak 50 paket, “info Parijan kepada teman-teman penerima small grant JP2GI melalui What’sApp group.

Apresiasi tinggi perlu diberikan kepada pelaku UMKM pengolah produk perikanan, khususnya anggota JP2GI. Anna Maria, wakil sekretaris JP2GI yang juga merupakan Sekretaris Eksekutif Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) mengatakan bahwa secara umum penjualan produk perikanan di Indonesia mengalami penurunan karena Covid19. “Diberlakukannya PSBB, konsumen Horeka (hotel, restoran, kafe) anjlok hingga 80%, namun permintaan ritel terhadap produk frozen naik sebesar 15%”. Kondisi ini menjadi tantangan dan peluang bagi produsen produk perikanan untuk dapat merubah produk horeka menjadi produk ritel dalam waktu dekat. Tantangan lain adalah bagaimana produsen dapat mengisi produk-produk perikanan Bansos Covid 19. “Konsumennya berbeda, namun peluang ini harus secepatnya diisi misalnya dengan produk perikanan frozeb yang ready to cook dan ready to eat. Kita harus optimis membaca peluang yang ada,” ujarnya. Lebih lanjut, Anna mendorong UMKM sektor perikanan agar terus berinovasi untuk meningkatkan produksi dan pemasaran produk perikanan di Indonesia. “Tidak hanya untuk perbaikan ekonomi tetapi juga untuk memastikan bahwa masyarakat kita mendapat makanan bergizi sehingga bisa tumbuh kembang dengan optimal.”

 

Oleh : Rahmi Kasri/JP2GI - GAIN