Share on :
Tantangan Inovasi Industri Perikanan dalam Era ”New Normal“
New Normal saat ini menjadi trending topik di masyarakat dimana pemerintah tengah mempersiapkan skenario kenormalan baru untuk menghadapi pandemi covid-19. Industri pengolahan perikanan merupakan salah satu sektor yang terkena dampak besar dari pandemi ini. Permintaan dalam dan luar negeri terhadap komoditas perikanan Indonesia mengalami penurunan yang berarti. Penurunan sangat drastis terutama terjadi pada penjualan untuk pangsa pasar hotel, restoran, dan kafe (Horeka) yang mencapai 80%. Kondisi ini menuntut industri pengolahan perikanan untuk berinovasi agar dapat bertahan dan keluar dari panceklik ini.
Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa bulan ini telah merubah perilaku konsumen. Beberapa skenario kenormalan baru tengah disiapkan pemerintah, meskipun demikian “tetap di rumah” merupakan perilaku pada masa PSBB dan kenormalan baru yang diminta pemerintah. Perubahan kebiasaan dari konsumsi di hotel, restoran, dan kafe kepada konsumsi di rumah telah menyebabkan pergeseran dalam hal pembelian produk.
Konsumen bergeser dari produk yang sifatnya keinginan (wants) ke produk yang sifatnya kebutuhan (needs). Oleh karena itu, industri pengolahan perikanan harus bisa terus merasakan perubahan perilaku konsumennya, termasuk efek new normal kepada pola konsumsi masyarakat. Industri pengolahan perikanan perlu menjual produk yang lebih berdaya fungsi dengan harga realistis.
Selama pandemi ini, konsumen memiliki waktu cukup luang di rumah yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengasah keahlian baru, salah satunya memasak. Namun gaya memasak saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Konsumen lebih suka memasak makanan yang praktis dan simple, makanan beku (frozen food) dalam kemasan siap untuk dimasak (ready to cook) ataupun siap untuk disantap (ready to eat) menjadi pilihan konsumen. Konsumen saat ini juga tidak menghiraukan keberadaan brand tertentu dan memandang seluruh produk sama. Kesetiaan pada brand tidak menjadi hal utama dalam membeli produk. Konsumen akan menerima merek produk apapun dalam keadaan mendesak seperti saat pandemi ini. Pemenuhan kebutuhan tidak lagi didasarkan kepada merek tetapi diprioritaskan pada ketersediaan produk walaupun dengan merek berbeda.
Konsumen akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mencari produk yang tahan lama dengan harga ekonomis. Konsumen cenderung memilih produk yang sudah pernah mereka coba dan praktis, keinginan untuk mencoba produk baru atau kategori produk baru akan berkurang. Perilaku ini muncul karena konsumen saat ini lebih berhati-hati dan waspada dengan kemungkinan krisis yang akan kembali datang. Kondisi keuangan konsumenpun kemungkinan belum stabil efek dari pandemi covid-19.
Industri pengolahan perikanan harus mampu beradaptasi dengan cepat, Jika PSBB dilonggarkan dan kondisi new normal diterapkan, dimana pesan pemerintah masih sama yaitu tetap di rumah, mau tidak mau penjualan secara digital harus menjadi alternatif yang diterapkan dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama. Industri pengolahan perikanan harus tetap optimis untuk menghadapi ini dan mencari solusi-solusi apa yang tepat untuk dilakukan seperti mulai membuat inovasi dengan produk ready to eat ataupun ready to cook yang bisa dipasarkan melalui media sosial ataupun marketplace seperti tokopedia, sophie, buka lapak, facebook market, dll. Industri pengolahan perikanan juga perlu memikirkan strategi pengiriman produk olahan perikanan beku (frozen) agar sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik dan tidak rusak. Penanganan untuk produk beku saat ini masih menjadi salah satu kendala yang perlu segera dicarikan solusinya. Industri pengolahan perikanan harus bisa beradaptasi dengan cepat apa yang musti dilakukan sebagai bagian dari strategi bertahan dan bisa membaca peluang yang ada dalam kondisi new normal nanti.
Oleh: Anna Maria - Wakil Sekretaris JP2GI/Sekretaris Eksekutif AP5I