Gerakan Anak Muda Aceh: Ubah Sisa Makanan Jadi Harapan Baru


Di tengah ironi kemiskinan dan kekurangan gizi di Aceh, sebuah gerakan inspiratif muncul dari tangan anak muda lokal, Rivan Rinaldi. Bayangkan, di Banda Aceh saja, 55 ribu ton makanan terbuang setiap tahunnya—padahal itu bisa memberi makan lebih dari 186 ribu orang! Melihat ini, Rivan memutuskan untuk pulang kampung setelah magang di Amerika Serikat dengan misi besar: mengubah makanan yang hampir dibuang jadi penyelamat bagi ribuan warga.

Melalui Yayasan Rumoh Pangan Aceh (RPA), Rivan meluncurkan program Food Rescue yang berhasil mengumpulkan makanan sisa dari restoran, supermarket, dan pasar untuk dibagikan ke masyarakat yang membutuhkan. Makanan yang tadinya akan berakhir di tempat sampah kini jadi penyelamat bagi banyak keluarga. “Setiap makanan yang kami selamatkan, berarti satu keluarga bisa makan. Ini bukan soal angka, ini soal harapan dan kehidupan,” kata Rivan.

Nggak cuma soal menyelamatkan makanan, Rivan juga menggandeng masyarakat pesisir Aceh, seperti para pencari tiram di Desa Alue Naga. Lewat pelatihan, mereka diajari cara mengolah tiram jadi produk yang lebih bernilai, seperti kerupuk dan nugget. Hasilnya? Pendapatan warga meningkat, dan makanan yang biasanya terbuang sekarang jadi ladang ekonomi baru bagi mereka.

Tentu, perjalanan ini nggak mulus-mulus aja. Di awal, banyak restoran dan supermarket yang ragu buat ikut gerakan ini karena takut masalah reputasi dan keamanan makanan. Tapi Rivan nggak menyerah. Dengan standar ketat dan edukasi, dia berhasil meyakinkan mereka bahwa gerakan ini aman dan menguntungkan semua pihak. “Tantangan terbesar itu membangun kepercayaan, tapi kami yakin apa yang kami lakukan benar dan bermanfaat,” jelasnya.

Dalam dua bulan pertama, RPA udah berhasil menyelamatkan hampir 1 ton makanan dan bekerja sama dengan 27 organisasi. Ini bukan cuma soal angka—dampaknya terasa banget di masyarakat. Makanan terselamatkan, emisi gas rumah kaca berkurang, dan ratusan keluarga terbantu. Dampak ekonominya juga besar; petani dan nelayan lokal yang terlibat dalam program RPA bisa meningkatkan pendapatan mereka.

Rivan terus bergerak, nggak cuma menyelamatkan makanan tapi juga mengadakan kampanye kesadaran, edukasi masyarakat, dan promosi produk lokal. Buat dia, masa depan Aceh bisa lebih cerah kalau kita semua belajar menghargai makanan dan saling berbagi. “Ketika kita belajar menghargai makanan, kita juga belajar menghargai hidup,” pungkas Rivan.

Gerakan ini bukan cuma penyelamatan pangan—ini soal masa depan yang lebih baik untuk Aceh. Dengan semangat dan tekad, Rivan membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, bahkan dari makanan yang hampir terbuang!